Kamis, 16 Juli 2009

APA KABAR DAKWAH KAMPUS???

“Hari ini kita merasa bahwa dakwah kampus kita ada pada titik nadir terendah sepanjang catatan dan sejarah dakwah kampus yang kita pelajari dan ketahui. Maka, jika ingin mencapai puncak dan mengejar ketertinggalan yang kita rasakan, kita harus berlari bukan merangkak dan tertatih. Karena, setiap tetesan darah, peluh dan kelemahan yang kita rasakan adalah sumber kekuatan sesungguhnya dari Allah SWT. Saudaraku… kemenangan kita dalah janji Allah yang tidak akan diingkari-Nya, tapi cepat atau lambat datangnya kemenangan itu tergantung usaha kita.

Diawal merintis gerakan dakwah kampus, tentunya ada banyak tantangan yang dihadapi. Dan ini, dapat kita rasakan dan dengar dari pemaparan dan diskusi-diskusi kita dengan para pelopor yang telah membangun fondasi gerakan dakwah kampus, baik melalui tulisan-tulisan mereka maupun secara langsung yang mereka paparkan dalam berbagai seminar, talk show dan berbagai event-event kegiatan yang kita lakukan.
Semangat bergerak dalam merintis dakwah kampus, yang dibarengi kekuatan do’a yang senantiasa dipanjatkan pada setiap sholat-sholat mereka, bahkan ditengah malam ketika terbangun dari lelapnya tidur, dakwah kampus bangkit dengan harapan Indonesia akan makmur dan sejahtera dibawah naungan Islam sebagai fondasi dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebangkitan ini ditandai dengan menjamurnya aktifitas-aktifitas dakwah di kampus, mulai dari negeri sampai kampus swasta, dari universitas sampai sekolah tinggi dan akademi. Bahkan, gegap gempita gerakan dakwah kampus semakin semarak dan memperlihatkan eksistensinya sesudah reformasi tahun 1998 yang merubah sistem dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri tercinta ini, yang juga digagas oleh para aktifis dakwah kampus.
Sepuluh tahun lebih sejak ditandainya kebangkitan besar eksistensi dakwah kampus di negeri ini, ada banyak catatan kemajuan dan kemunduran gerakan dakwah kampus. Dalam konteks mengevaluasi, penulis merekam beberapa kemunduran yang terjadi. Tentunya tidak bermaksud untuk melemahkan, tetapi tetap pada semangat untuk menjadikannya sebagai pelajaran yang berarti untuk kemajuan dakwah kampus kedepannya.
Yang pertama, melemahnya pemahaman para aktifis dakwah kampus terhadap bagaimana mengelola dan menggerakkan dakwah kampus, serta marhalah-marhalah (tahapan) dakwah yang dihadapi pada setiap fase gerakan. Indikasinya terlihat dari menurunnya semangat para aktifis dakwah kampus dalam melakukan rekruitmen kader. Hal ini tampak jelas pada kegiatan-kegiatan rekruitmen yang hanya diikuti oleh beberapa orang saja. Evaluasi selalu dan senantiasa dilakukan, tapi catatan penting dari evaluasi tersebut lebih sering dilupakan dan dibiarkan.
Yang kedua, rapuhnya pemahaman para aktifis dakwah kampus terhadap dakwah kampus itu sendiri menurut hemat penulis karena rendahnya kualitas baca dan diskusi. Dalam berbagai kesempatan penulis mengunjungi beberapa kampus dan mengamati aktifitas para aktifis dakwah kampusnya, dan sepanjang pengamatan penulis aktifitas para aktifis dakwah kampus sangat kering dari nilai-nilai dakwah kampus. Membaca Al-qur’an, Shaum Nafilah, Membaca Buku, Diskusi Alot tentang Ke-Islam-an dan Ke-Ilmu-an bukan lagi menjadi sesuatu yang dirindukan dan didahagakan oleh para aktifis dakwah kampus.
Yang ketiga, dakwah kampus memiliki nilai-nilai luhur dan tinggi yang terkandung didalamnya. Dan setiap orang yang mendengar kata “dakwah kampus” yang terbersit dalam fikirannya adalah dunia dan akhirat. Dengan kata lain, bahwa siapa saja yang bergelut dan terjun di dunia dakwah kampus adalah pribadi yang bisa menyeimbangkan pola hubungannya dengan Rabb dan hubungannya dengan makhluk. Namun, kenyataannya aktifis dakwah kampus hari ini sangat renggang hubungannya dengan Rabb dan mesra dengan makhluk. Inilah barangkali yang menjadikan dakwah kampus akhir-akhir ini sangat kering dan gersang dari nilai-nilai yang dikandungnya.
Realitas ini sangat mengkhawatirkan dan harusnya memang menjadi kegelisahan kita bersama. Dan yang lebih penting lagi ini tidak boleh berlanjut, apalagi pada saat dimana negeri kita tercinta, Indonesia, akan kembali mencatatkan lembar sejarahnya di 2009 atau ytahun-tahu lainnya nanti. Kita tentunya tidak ingin menjadi noda dalam lembaran putih sejarah dakwah kampus, oleh karenanya, kita harus segera berbenah dan pesan sederhana yang penulis sampaikan diawal tulisan ini mungkin harus kita renungkan dan pahami bersama : “…Maka, jika ingin mencapai puncak dan mengejar ketertinggalan yang kita rasakan, kita harus berlari bukan merangkak dan tertatih
Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui
(QS. Ash-Shaff : 10-11)
Perjalanan dakwah memang sangat panjang. Bahkan lebih panjang dari umur pendakwahnya. Perjalanan itu dimulai jauh sebelum kita dilahirkan di dunia ini. Allah telah mengutus Nabi Adam as. Sebagai manusia pertama penyampai risalah dakwah dan dakwah itu akan berakhir hingga hari kiamat tiba. Dakwah adalah menyeru dan mengajak manusia manusia untuk kembali kefitrahnya yakni menyembah dan mengabdi kepada Allah Swt, menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Setiap pembawa risalah membawa amanah dakwah yang sama yakni untuk menegakkan kalimah ”LA ILAHAILLAALLAH” (QS. Al-Anbiya’ : 25).
Mengingat panjangnya perjalanan dakwah yang harus di tempuh oleh kader dakwah, maka sangat pantas jika Allah mengharapkan orang-orang yang mampu melanjutkan risalah dakwah tersebut. Oleh karena itu, telah hadir sederetan nama-nama yang telah dipahatkan dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran suci para mujahid-mujahid Allah, mulai dari masa ketika Nabi Adam di utus untuk menyampaikan risalah dakwah, sampai hadirnya Rosulullah saw sebagai penutup para nabi yang terdahulu dan bertugas untuk menyempurnakan akhlak manusia. Setelah rosul wafat maka amanah dakwah itu dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar as Shidiq, lalu Umar, Utsman , Ali dan selanjutnya masih banyak lagi nama-nama yang telah terukir dengan tinta emas sebagai mujahid dakwah, yang akhirnya amanah dakwah itu sampai kepada kita untuk mengembannya.
Dan akhirnya amanah dakwah itu sampai pada generasi kita! Generasi dakwah kampus. Kampus adalah salah satu tempat dimana sebuah fase kehidupan seorang manusia berjalan, pintu gerbang menuju dunia yang sesungguhnya, dimana banyak pemikiran yang menawarkan segala kelebihan dan kekurangannya dalam menghadapi kehidupan, seolah menutup kebenaran islam yang tak perlu dipungkiri lagi. Sedangkan mahasiswa sebagai salah satu bagian dari civitas akademika merupakan aset terbesar untuk perubahan bangsa ini, yakni sebagai agen perubahan, kontrol sosial dan cadangan sumber daya manusia.
Karena begitu besarnya peran seorang mahasiswa atau pada umumnya adalah pemuda, maka pada setiap zaman pemuda selalu menjadi incaran berbagai ideologi dan pergerakan. Di tangan para pemudalah maju mundurnya kehidupan ini. Tentunya masih segar dalam ingatan kita karena selalu diulas dan diingatkan, betapa dulu Mahasiswa yang tidak lain adalah seorang pemuda mampu menggulingkan rezim Orde Baru yang notabene begitu menakutkan dan mengerikan bagi organisasi-oraganisasi islam yang tumbuh semasa itu. Bung Karmo juga pernah mengatakan pada salah satu pidatonya yang berisi :”Beri aku 10 pemuda maka aku akan kuasai dunia”. Bung karno saja hanya membutuhkan 10 orang pemuda untuk menguasai dunia, betapa besarnya potensi seorang pemuda bagi yang mampu mengolah dan memanfaatkannya dengan baik. Demikian juga dalam dakwah. Tanggung jawab besar untuk memikul beban dakwah terletak pada tangan para pemudanya.
Kampus merupakan ladang dakwah yang tidak boleh diremehkan dengan strategi dakwah seadanya. Mengingat kekhasan kampus, maka dibutuhkan manajemen dan strategi-strategi untuk mengelola dakwah di lingkungan kampus agar tercipta lingkungan kampus yang islami.
Dakwah kampus adalah dakwah yang dilakukan secara umum dengan aktivitas terbuka dalam lingkup perguruan tinggi. Dakwah kampus yang telah bergulir lebih dari 20 tahun kini memasuki sebuah era baru dalam pergerakannya. Perubahan-perubahan terjadi di kampus, seperti perubahan struktur social, perubahan pola dakwah, heterogenitas mahasiswa, dan tuntutan-tuntutan pasca kampus yang semakin menantang membuat para kader dakwah perlu merumuskan pola dakwah yang terbaik di kampusnya masing-masing.
Di dalam perjalanan sejarah, seorang aktivis dakwah kampus (ADK) atau mahasiswa yang menjadi aktivis dakwah di kampus, memiliki peran yang terkait dengan peran dasar mahasiswa, yakni agen of change, iron stock dan control social. ADK, sebagaimana mahasiswa pada umumnya, merupakan unsur yang penting dalam upaya melakukan perubahan. Bedanya, ADK akan menjadi pelaku atau subjek perubahan dengan dakwah sebagai panglimanya. Perubahan ini mencakup berbagai aspek, dari aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, sampai pada ideologi.
ADK sebagai iront stock (cadangan SDM) bermakna seluruh potensi yang dimiliki oleh sorang ADK akan lebih berguna sebagai aset SDM dalam komponen dakwah dimasa yang akan dating. Istilah ‘cadangan’ yang berarti ADK adalah kekuatan masa depan , yakni pasca-kampus, masa dimana lulusan dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta akan mengisi ruang-ruang dan posis-posisi dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan ADK sebagai control sosial adalah peran dimana seorang mahasiswa bias menjadi katalisator/ mempercepat terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat.
Peran ADK sebagai mahasiswa sangat terkait dengan trilogy dakwah kampus. Kita mengenal dalam dakwah kampus ada tiga ranah, yakni ranah dakwiyah, siyasiyah dan ilmiyyah. Ranah dakwiyyah atau syiar merupakan bagian pertama dan utama, yang menjadi perintis dalam dakwah kampus ranah ini identik dengan kajian keislaman, taklim, dauroh, dan tentunya payung yang bernama lembaga dakwah kampus (LDK). Ranah kedua adalah siyasi yakni social kemasyarakatan. Yang termasuk disini adalah amal islami dalam bentuk bakti social, aktif di organisasi mahasiswa. Terakhir adalah ranah ilmiyyah yakni akademis dan skill keterampilan. Sehingga dari ranah-ranah yang ada memang dibutuhkan mahasiswa yang mampu memainkan peran-peran yang ada disana. Dan tentunya itu tidak mudah. Perlu perdebatan yang panjang dan alot untuk bisa merumuskan pola yang terbaik untuk membentuk ADK tawazun.
Idealnya, setiap bagian tersebut mampu kita seimbangkan . Namun jika ada bagian yang lebih mendominasi laju gerak dakwah kita maka harapannya bagian-bagian yang lain tidak kita tinggalkan sama sekali. Karena pada dasarnya, semua bagian tersebut saling berkaitan dan akan membentuk seorang ADK yang mampu memunculkan pesona pribadinya yang seimbang, atau biasa dikenal dengan ADK tawazun. ADK tawazun merupakan ADK yang menjadi rujukan dalam hal wawasan yang luas mengenai keislaman yang dibuktikan dengan menjadi mentor atau tutor bagi adik-adik tingkatnya, hafal minimal 1-2 juz, cakap sebagai khotib dan penceramah dalam ta’lim atau kajian. Dalam waktu yang sama, ADK tawazun juga mempunyai wawasan yang luas mengenai dunia di luar kampus, ia tidak gagap kalau ditanya mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan social politik yang terjadi di masyarakat dan Negaranya, dia juga mempunyai kecakapan dalam berorganisasi, berperan aktif dalam lembaga kemahasiswaan dan sosisl serta politik kampus. Dia juga mampu memainkan peran dalam keterlibatannya di bidang akademis, ia mempunyai kompetensi yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, sesuai dengan bidang ilmu yang sedang ditekuninya. Ia juga mampu untuk menulis, memiliki IPK diatas rata-rata dan track record akademis seperti karya tulis, penelitian dan seminar. Demikianlah profil sesosok ADK yang tawazun, harapannya kita semua akan segera menjemput gelar itu.
Dalam dakwah kampus, ada beberapa wadah dakwah yang dapat membantu ADK untuk segera mendapatkan gelar tawazun, yakni lembaga dakwah kampus (LDK) misalnya Bimbingan Rohani Islam, Forum Studi Islam, dan Rohani Islam, lini ini menunjang dalam penyebarlusasan dakwah. Lembaga Kemahasiswaan (LK) untuk menunjang siyasah ADK seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan UKM Penerbitan. Sedangkan himpunan mahasiswa (HIMA) di jurusan, UKM Penelitian, karya ilmiah dan English Club merupakan contoh lembaga yang dapat menunjang bidang akademis.
Dari beberapa ranah yang ada biasanya ADK lebih memilih untuk berada dalam salah satu wilayah ini, apakah ia aktif di BEM, di LDK atau di UKM Penelitian. Seorang kader akan bisa produktif jika diberi amanah sesuai dengan potensinya. Akan tetapi, kita harus membuka paradigma kita, walau kita diamanahkan di suatu wilayah dakwah tertentu, kita harus senantiasa siap untuk diposisikan dan membantu wilayah lain jika wilayah lain tersebut membutuhkan bantuan.
Sebagai contoh, seorang ADK yang aktif di LDK perlu juga mengetahui terkait dakwah di kemahasiswaan. Begitu pula aktivis di kemahasiswaan, perlu memahami tentang bagaimana dakwah di lembaga dakwah kampus. Seorang yang aktif di UKM Penelitian , juga perlu tanggap terhadap isu social politik yang sedang berkembang di kalangan mahasiswa. Seorang aktivis yang sering demonstrasi diharapkan pula memiliki basis akademik yang kuat. Seorang alumni LDK pernah berkata bahwa ,” Mahasiswa itu IP-nya harus diatas 3. Bagaimana mau merubah bangsa, kalau merubah IP diri sendiri saja masih terseok-seok”. Benar sekali apa yang disampaikan oleh beliau, sudah selayaknya seorang aktivis dakwah harus mampu menjadi yang terbaik dalam segala bidang.
Demikianlah, beberapa uraian mengenai peran-peran seorang ADK dalam dakwah kampus. Masih ada banyak peran yang perlu diseimbangkan. Masih ada banyak masalah yang perlu diselesaikan bersama. Masih butuh banyak tenaga untuk keberlangsungan dakwah ini kedepan. Masih ada kesempatan untuk orang-orang yang mencoba untuk menjadi saleh dan mampu melejitkan potensinya dengan mengemban amanah dakwah. Masih cukup banyak pelayanan yang harus kita berikan pada masyarakat kampus. Oleh karena itu, masih banyak hal-hal dan strategi-strategi yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh setiap ADK untuk terjun dalam peran-peran terbaik yang telah dipersiapkan untuknya.
Wallahu’alam bish showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar